Manajer Investasi Dihadapkan Pada Pilihan Dilematis Untuk Saham GOTO

Hari ini, Senin (4 November), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) resmi tercatat di bursa dengan harga IPO Rp338 per saham. Dengan demikian, angka tersebut mencerminkan kapitalisasi pasar yang diperkirakan mencapai Rp 400,3 triliun.
Melalui perayaan ini, GOTO berhasil mengumpulkan dana Rp 15,8 triliun, termasuk Rp 13,7 triliun melalui penawaran umum saham melalui IPO dan Rp 2,1 triliun melalui penjualan saham treasury dengan latar belakang opsi greenshoe. Penggalangan dana tersebut mencerminkan kapitalisasi pasar sebesar Rp 400,3 triliun.
Kehadiran GOTO di bursa sebenarnya telah menjadi dilema bagi para manajer investasi (MI). Maklum, dengan modal sebesar itu, GOTO memberikan dampak yang signifikan terhadap pergerakan IHSG. Oleh karena itu, MI yang ingin memantau kinerja indeks harus mempertimbangkan untuk mengumpulkan saham GOTO dalam portofolionya.
Namun di satu sisi, banyak pihak yang meragukan fundamental GOTO, karena valuasinya yang terlalu tinggi, dan rekor kinerja GOTO yang masih merah.
Panin Asset Management, salah satu MI, tidak memungkiri valuasi GOTO sebenarnya mahal. Direktur Panin AM Rudiyanto mengatakan valuasi GOTO relatif mahal dibandingkan perusahaan sejenis di luar negeri. Meski begitu, kata dia, pihaknya tetap berpartisipasi dan menghimpun saham GOTO yang menjadi milik beberapa portofolio reksa dana Panin AM.
Menurut Rudiyanto, perusahaan yang masih merugi atau overvalued, seperti saham-saham teknologi, dalam hal ini GOTO, sebenarnya kesulitan memenuhi kriteria pemilihan portofolio reksa dana.
Namun untuk GOTO, Panin AM tetap memilih untuk mengoleksi lebih banyak karena bobotnya yang berat. Ia mengatakan GOTO memiliki bobot yang sama dengan saham BBCA dan BBRI di IHSG, keduanya sebesar 9%. Selain itu, GOTO adalah pemimpin pasar di bidang ini.
"Hal ini membuat indeks saham GOTO mendorong saham-saham, sehingga masih perlu dimiliki sedikit banyak agar reksa dana berkinerja sesuai pasar," kata Rudiyanto kepada Kontan.co.id, Senin (4 November).
Meski begitu, Rudiyanto mengatakan GOTO tidak terlalu terbebani di portofolio reksa dana Panin AM seperti di IHSG. Selain itu, dia juga mengatakan bahwa Panin AM telah membeli sahamnya sebanyak dua kali, yang terbagi dalam periode IPO dan pasar sekunder, dengan melihat perkembangan harga sahamnya.
Ia mengatakan, ke depan Panin AM akan cenderung lebih fleksibel dalam hal memegang ekuitas GOTO. Keuntungan dimungkinkan jika ternyata harga telah meningkat secara signifikan.
“Pada saat yang sama, kita akan melihat perkembangan dari waktu ke waktu, dengan atau tanpa kepemilikan saham GOTO dalam jangka panjang,” tambah Rudiyanto.
Seperti Henan Puti Asset Management, MI ini tidak suka mengumpulkan saham GOTO. Reza Fahmi, Head of Business Development HPAM, mengatakan keputusan tersebut didasari valuasi saham GOTO yang terlalu mahal. Ia menilai valuasi tersebut sangat berbeda dengan perbandingan harga IPO GOTO.
“Kami menilai valuasi GOTO terlalu mahal untuk masuk ke dalam horizon investasi kami. Oleh karena itu, HPAM memilih untuk tidak ikut dalam akuisisi GOTO kali ini,” kata Reza.
Meski secara fundamental GOTO masih merah, Reza mengatakan bukan berarti Xiaomi tidak bisa membeli sahamnya. Pasalnya, sesuai regulasi, tidak ada aturan yang melarang Xiaomi membeli saham yang merugi atau perusahaan yang merugi.
Wawan Hendrayana, Kepala Riset Infovesta Utama, mengatakan hal yang sama. Dia mengatakan, tidak ada larangan bagi MI untuk membeli saham atau emiten yang fundamentalnya buruk. Menurutnya, pertimbangan utama MI dalam memilih saham adalah fundamental dan likuiditas.
Dalam kasus GOTO, dia menilai GOTO tidak mengalami kesulitan likuiditas karena sahamnya likuid. Namun, dari sudut pandang fundamental, GOTO berisiko karena kinerjanya sejauh ini masih merah. Selanjutnya, tidak ada jaminan bahwa kenaikan saham GOTO akan terus berlanjut.
Apalagi jika melihat saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) sebelumnya sempat menguat hingga ke atas Automatic Rejection (ARA) namun akhirnya terkoreksi dan kembali ke fundamentalnya.
“Saham GOTO mungkin lebih menarik untuk produk reksa dana, yang relatif kecil dalam hal dana kelolaan dan lebih mudah untuk keluar masuk perdagangan. Jika dana kelolaan besar, lebih sulit untuk memanipulasi perdagangan jual beli karena berarti segmennya juga akan lebih besar," tutup Wawan.